Informasi Program CARDIACSAVE klik Button dibawah ini
Konsultasikan Segera!PENTING!!!!!
BACA HINGGA AKHIR
Basal : Hipokinetik Anterior, Anteroseptal dan Inferoseptal
Gambar berikut adalah hasil pemeriksaan gerakan otot jantung pada ke 6 segment bagian Basal jantung. Tanda panah berwarna merah pada segment 1,6 dan 5 menunjukkan adanya kelemahan (Hipokinetik) pada gerakan otot jantung. Hipokinetik merupakan kondisi dimana bagian otot jantung tidak mampu melakukan kontraksi dengan baik, hal ini disebabkan oleh penyumbatan pada pembuluh darah jantung. Coba bandingkan dengan gerakan otot jantung normal pada segment 2,3 dan 4 (Panah biru).
Ketika terjadi penyumbatan pada arteri koroner, regio jantung tertentu akan mengalami kekurangan aliran darah dan menyebabkan gerakan yang abnormal tergantung pada segment mana yang terkena dan pembuluh darah mana yang mengalami penyumbatan. Dari hasil ECHO diatas menunjukkan dari 6 segment jantung, terdapat 3 segment yang mengalami kelemahan.
Pemeriksaan EKG bertujuan untuk menilai kelistrikan jantung. Perhatikan gambar berikut. Pemeriksaan EKG tersebut menunjukkan bahwa terdapat abnormalitas berupa depresi pada segment ST di lead V5 dan V6 yang menandakan bahwa telah terjadi kekurangan aliran darah serta kadar oksigen (Iskemia) ke daerah otot jantung akibat penyumbatan pada pembuluh darah jantung. Ketika terjadi penurunan kadar oksigen yang dibawa oleh darah pada otot jantung maka akan muncul beberapa gejala klinis pada pasien yang mengalami hal tersebut. Dalam keadaan ini pasien sudah dapat dikatakan menderita penyakit jantung koroner.
Berkurangnya aliran darah pada otot jantung akan menimbulkan gejala seperti :
Penyebab utama penyakit jantung koroner adalah kebiasaan makan makanan yang tinggi akan kandungan lemak. Hal itu lambat laun akan menyebabkan terjadinya penumpukan lemak yang tinggi yang pada akhirnya akan menyebabkan terjadinya pembentukan plak-plak didalam pembuluh darah (atherosklerosis) sehingga mempersempit lumen pembuluh darah dan mengurangi suplai oksigen dan nutrisi ke daerah jantung.
Pada tahap awal, berkurangnya aliran darah mungkin saja tidak menimbulkan masalah apapun. Namun, karena plak terus menumpuk di pembuluh darah jantung Anda, maka kemampuan jantung untuk memompa darah akan terganggu dan bila hal ini dibiarkan maka akan menyebabkan kegagalan fungsi jantung dengan gejala seperti :
Informasi Program CARDIACSAVE klik Button dibawah ini
Konsultasikan Segera!mengatasi Penyakit Jantung Koroner (PJK), pihak medis konvensional memiliki 2 metode utama yang digunakan sebagai solusi, yaitu :
Namun, tahukah anda bahwa ada beberapa kelemahan pada kedua metode tersebut?
Ada 2 jenis stent yang tersedia saat ini yaitu BMS (Bare Metal Stent) dan DES (Drug Eluting Stent). Stent berjenis DES lebih unggul daripada jenis BMS karena dibekali dengan Zat anti penolakan respon imun yang dapat bertahan selama 3 tahun sejak dipasangkan kedalam pembuluh darah. Namun dari sisi harga, Stent berjenis DES ini memiliki harga 3x lipat lebih mahal dari jenis BMS.
Buccheri D, Piraino D, Andolina G, Cortese B. Understanding and managing in-stent restenosis: a review of clinical data, from pathogenesis to treatment. J Thorac Dis 2016;8(10):E1150-E1162. doi: 10.21037/jtd.2016.10.93
Beberapa penelitian menunjukkan bahwa ada risiko terjadinya penggumpalan darah didalam ring yang telah terpasang (In-Stent Restenosis) hanya 6 bulan setelah dipasangkan untuk stent berjenis BMS. Artinya baik menggunakan BMS dan DES, keduanya memiliki risiko terjadi penyumbatan kembali didalam Stent (ring) dalam waktu 6 bulan hingga 36 bulan sejak dipasangkan. Hal ini terjadi akibat adanya beberapa faktor yang mempengaruhinya yaitu Early Elastic Return (Recoil), Vascular Remodelling, dan Neointimal Hyperplasia. Selain itu, efek samping dari zat kontras yang disuntikkan bersifat sangat toksik pada ginjal. Zat kontras tersebut dapat menyebabkan perburukan pada fungsi ginjal dan meningkatkan risiko seseorang untuk menjalani cuci darah.
Perhatikan Gambar disamping ini, terlihat dari hasil pemeriksaan angiografi terdapat penyempitan kembali (restenosis) pada ke-tiga ring jantung yang pernah dipasangkan pada pasien tersebut
Hal ini membuktikan Ring Jantung bukan solusi tepat untuk mengatasi penyumbatan di pembuluh darah jantung.
CABG atau Operasi Bypass adalah prosedur untuk menggantikan Pembuluh Arteri yang tersumbat dengan pembuluh vena kaki (Saphena Magna) untuk mengaliri darah dari aorta ke otot jantung. Tapi perlu diketahui bahwa tindakan ini bagaikan memakan buah simalakama. Disatu sisi sangat dibutuhkan untuk membantu mengalirkan darah bagi otot jantung yang kekurangan oksigen namun disisi lain justru meningkatkan risiko terjadinya aneurisma dan diseksi pada pembuluh darah tersebut setelah beberapa tahun pemasangan.
Informasi Program CARDIACSAVE klik Button dibawah ini
Konsultasikan Segera!Kami memiliki perspektif berbeda dalam memandang Penyakit Jantung Koroner, Khususnya dalam hal penatalaksanaannya (pengobatannya). Kami tidak sependapat dengan metode PCI STENT dan CABG yang banyak digunakan oleh medis konvensional. Kami memilih untuk menggunakan Teori Myocardial Perfusion dalam mengatasi Penyakit Jantung Koroner
Berikut beberapa hal yang kami temui dilapangan :
Ada pasien yang memiliki penyumbatan total (CTO) dilebih dari 1 pembuluh darah tetapi tidak merasakan keluhan yang berarti dalam aktifitas sehari harinya. Hal ini terjadi karena ternyata adanya pembuluh darah kolateral yang membantu suplai darah.
Kontralateral berdasarkan national cancer institute menunjukkan adanya kaitan atau hubungan dengan atau sisi yang berlawanan dari tubuh. Artinya ada bagian jantung yang menerima suplai darah dari pembuluh darah yang berlawanan.
Ada pasien yang memiliki penyumbatan pembuluh darah jantung dan telah dilakukan pemasangan ring pada titik penyumbatan tersebut namun ternyata tidak terdapat perbaikan gejala klinis pada pasien tersebut. Bahkan ketika dilakukan pemeriksaan kateterisasi jantung ulang satu tahun setelah pemasangan ring pada pasien tersebut terdapat perlambatan sirkulasi darah ke arteri koroner jantung. Lalu ketika dilakukan pemeriksaan ECHO untuk menilai apakah terdapat perbaikan pompa jantung satu tahun setelah pemasangan ring tersebut, malah didapati penurunan pompa jantung yang cukup signifikan. Saat dilakukan evaluasi kembali dengan dilakukan pemeriksaan Elektrokardiograf (EKG) terlihat tidak terdapat perkembangan gelombang R pada sadapan prekordial yang menunjukkan masih terdapat kelemahan pada bagian septal jantung pasien tersebut. Artinya tidak didapati adanya perbaikan setelah dilakukan pemasangan ring pada pasien tersebut.
Gambar berikut ini adalah hasil pemeriksaan kateterisasi jantung pasien sebelum dilakukan pemasangan Ring Jantung ditemukan adanya penyumbatan total CTO Pada Osteal (pangkal pembuluh darah) LAD (arteri koroner jantung).
Gambar berikut adalah hasil pemeriksaan kateterisasi jantung pasien setelah satu tahun dilakukan pemasangan ring jantung. Terlihat bahwa walaupun sudah dilakukan pemasangan ring jantung pada pembuluh darah LAD (arteri koroner jantung) masih terdapat perlambatan aliran sirkulasi darah kebagian bawah jantung (Slow Flow To Distal). Hal ini terjadi akibat impairment micro circulation
Gambar berikut ini menunjukkan pada hasil Echocardiograph pasien tersebut didapati penurunan pompa jantung yang cukup signifikan (EF:40,2% dari nilai normal 53 - 77%).
Tinggi gelombang tidak berkembang (Poor R Progression) menunjukkan bahwa pompa jantung pasien telah menurun meskipun pasien telah menjalani pemasangan ring jantung.
Dari kedua contoh kasus diatas, walaupun terjadi perbaikan aliran darah yang tersumbat dengan menggunakan ring jantung pada otot yang telah mengalami kekurangan oksigen (hipoksia) dan atau kematian otot (Nekrosis) tidak memberikan perubahan yang signifikan. Hal ini terjadi akibat gangguan mikrosirkulasi / Impairment Microcirculation (IM). Satu-satunya yang dapat dilakukan untuk memperbaiki gangguan sirkulasi (IM) adalah dengan memperbaiki Myocardial perfusion. Adapun pemeriksaan yang dapat digunakan untuk dijadikan indikator penentuan terhadap Myocardial perfusion adalah Echocardiography dan Imaging Myocardial perfusion.
Dengan menggunakan Echocardiography dan Imaging Myocardial perfusion kita dapat melihat aliran darah mikro yang ada pada otot jantung. Melalui echo kita melihat Regional Wall Motion (pergerakan dinding otot jantung). Selama tidak ada abnormalitas ataupun kelemahan pada dinding otot jantung, Ketika pasien tersebut dalam keadaan beraktifitas maka dianggap jantung dalam keadaan sehat. Walaupun setelah dilakukan pemeriksaan angiografi didapati penyumbatan dilebih dari satu titik pada pembuluh arteri koroner jantung, maka hal tersebut bukanlah merupakan hal yang harus dikhawatirkan.
Namun sebaliknya, bila didapati abnormalitas pada Regional Wall Motion (pergerakan dinding otot jantung) berupa kelemahan gerakan pada dinding jantung, namun pada pemeriksaan angiograf atau kateterisasi tidak didapati adanya penyumbatan yang signifikan di pembuluh darah arteri koroner, maka dapat disimpulkan bahwa telah terjadi gangguan mikrosirkulasi/ Impairment Microcirculation (IM) pada pasien.
Informasi Program CARDIACSAVE klik Button dibawah ini
Konsultasikan Segera!Dalam penanganan kasus penyakit jantung koroner, perlu dilakukan pemeriksaan pasien dengan menggunakan Teknik wawancara (anamnesis) dan dilanjutkan dengan melakukan pemeriksaan fisik. Lalu melengkapinya dengan pemeriksaan penunjang berupa EKG, Echocardiography, Treadmill test dan pemeriksaan laboratorium darah Untuk menentukan klasifikasi gangguan jantung yang diderita oleh pasien. Apakah pasien menderita penyakit jantung koroner primer ataukah ada penyakit pendamping yang menyertainya. Atau mungkin saja penyakit jantung tersebut telah diikuti dengan berbagai komplikasi yang terjadi. Mengingat banyaknya jenis dan klasifikasi penyakit jantung dengan manifestasi gejala klinis yang mirip. Namun memiliki penyebab (etiologi) yang berbeda. Penentuan diagnosa merupakan kunci utama dalam menyusun penatalaksanaan yang bersifat komprehensif dan memiliki peluang keberhasilan yang tinggi.
Klinik kami dibekali dengan alat pemeriksaan Echocardiography, Electrocardiography (ECG), Treadmill Test, USG Efusi Pleura, sebagai sarana penunjang untuk melakukan evaluasi pada pasien-pasien kami.
Setelah penyakit jantung yang diderita pasien berhasil diklasifikasikan, langkah selanjutnya adalah pemberian tatalaksana dengan Myocardial Perfusion Therapy yang memiliki 2 metode yaitu dengan Program Cardiacsave dan Rehabilitative Mechanical Therapy.
Selain itu diperlukan pula ,Rehabilitative Exercise Therapy atau Rehabilitative Mechanical Therapy . Rehabilitative Exercise Therapy adalah Terapi latihan fisik terstruktur yang diarahkan khusus untuk pasien dengan penyakit jantung. Bentuknya dapat berupa jalan kaki, treadmill, maupun sepeda statis. Rehabilitative Exercise Therapy ini dapat dilakukan setelah 1 bulan pengobatan melalui program cardiacsave dengan tujuan utama menstimulasi terbentuknya nature collateral arteries atau pembuluh darah kolateral alami pada jantung. Latihan ini membantu memperbaiki sirkulasi, meningkatkan kapasitas jantung, serta mendukung proses pemulihan pasien.
Berdasarkan publikasi American Heart Association (AHA), 2016 dalam studi “Coronary Collateral Growth Induced by Physical Exercise: Results of the Impact of Intensive Exercise Training on Coronary Collateral Circulation in Patients With Stable Coronary Artery Disease”, dijelaskan bahwa pertumbuhan kolateral arteri koronaria dapat distimulasi secara signifikan melalui latihan fisik intensif pada pasien dengan penyakit arteri koroner stabil. Hal ini menegaskan peran penting rehabilitative exercise therapy dalam mendorong terbentuknya bypass alami pada jantung sehingga fungsi perfusi dapat terjaga lebih baik.
Namun, penting dipahami bahwa tidak semua pasien dapat menjalani terapi ini. Bagi pasien dengan keterbatasan gerak akibat masalah sendi ekstremitas bawah (misalnya nyeri lutut) atau pada kondisi penyakit jantung bocor dengan stadium lanjut, rehabilitative exercise therapy tidak dianjurkan. Pada kelompok pasien ini, pendekatan yang lebih tepat adalah Rehabilitative Mechanical Therapy, salah satunya melalui Enhanced External Counterpulsation (EECP).Rehabilitative Mechanical Therapy ( ECCP) ini dapat dilakukan setelah 3 bulan pengobatan melalui program cardiacsave .EECP merupakan metode terapi modern yang mampu merangsang terbentuknya nature collateral arteries atau bypass alami pada penderita penyumbatan pembuluh darah jantung. Mekanismenya bekerja dengan meningkatkan perfusi darah ke miokardium melalui manipulasi aliran darah pada fase diastolik, sehingga aliran darah ke jantung menjadi lebih optimal dan membantu memperbaiki kondisi perfusi jantung secara signifikan.
Setelah dilakukan tatalaksana yang sudah dijelaskan di atas, pasti anda ingin melihat contoh kasus pasien jantung koroner yang kami berikan tatalaksana dengan teori Myocardial Perfusion.
Informasi Program CARDIACSAVE klik Button dibawah ini
Konsultasikan Segera!Berikut adalah contoh kasus beserta bukti medis pasien jantung koroner yang datang kepada kami dengan komplikasi yang menyertainya.
Seorang laki-laki berinisial MD berusia 54 tahun. Ketika pasien datang kepada kami, didapati pasien dalam keadaan kaki bengkak dengan nafas tersengal-sengal. Berat badan mencapai 107kg.
Lalu pemeriksaan apa yang kami dapati??
Yuk liat kondisi paru-parunya melalui pemeriksaan USG dibawah ini
Tanda panah menunjukkan adanya cairan yang terdapat di kantung pleura (selaput paru)
Lalu bagaimanakah gerakan otot jantungnya?? Perhatikan hasil echo berikut ini
Tanda panah pada bagian 1, 5 dan 6 menunjukkan bahwa gerakan jantung tersebut mengalami kelemahan sehingga tidak mampu melakukan kontraksi jantung.
Hal ini terjadi akibat tersumbatnya pembuluh arteri yang membawa nutrisi ke otot jantung. Dari 6 segment jantung terdapat 3 segment yang mengalami kelemahan.
Bagaimana pompa jantung pasien?
Tanda panah menunjukkan adanya penurunan pompa jantung dengan nilai Ejection Fractional 31,86%. Sedangkan nilai normalnya adalah 53-77%.
Lalu apa yang terjadi setelah 1 bulan pengobatan rutin??
Berat badan turun drastis sebesar 18 kg, yang terjadi akibat pengeluaran cairan yang sebelumnya terakumulasi di paru-paru serta kaki.
Ini hasil pemeriksaan echonya :
Ini hasil pemeriksaan USG pleura / paru. Tidak didapati gambaran hipoechoic sebagai tanda tidak adanya cairan dalam kantung pleura.
Tampak tanda panah pada bagian 1, 5 dan 6 yang semula mengalami kelemahan, berhasil menjadi normal kembali. Seluruh bagian jantung dapat berkontraksi dengan baik. Hal ini menandakan bahwa telah terjadi perbaikan mikrosirkulasi yang luar biasa pada seluruh bagian jantung.
Yang awalnya terdapat 3 segment dari 6 segment yang mengalami kelemahan.. kini seluruh 6 segment dapat berkontraksi dengan kuat.
Apakah anda pernah merasa kedua kaki anda membesar (Bengkak) ketika berjalan jauh?
Mungkin anda merasa biasa saja dan tidak menganggap hal tersebut sebagai suatu hal yang serius karena besok paginya setelah anda bangun tidur biasanya kaki anda kembali kempes dan normal seperti sediakala
Tapi tahukah anda bahwa gejala tersebut adalah gejala dari penyakit yang cukup serius???
Ya...Cukup Serius...!!
Gejala kaki bengkak ketika berjalan dan duduk lama merupakan pertanda adanya gangguan sistem vaskular didalam tubuh yang mengarah pada penyakit Jantung dan atau Pengentalan darah. Tetapi bila gejala kaki bengkak muncul secara menetap padahal tidak dalam keadaan berjalan dan duduk lama maka ada kemungkinan itu disebabkan akibat penyakit gagal ginjal.
Penyakit jantung yang dapat menimbulkan gejala kaki bengkak adalah :
Sedangkan Penyakit Darah Kental yang dapat menyebabkan kaki bengkak yaitu:
Kita dapat membedakan secara mudah untuk menentukan penyebab gejala kaki bengkak tersebut dengan melihat apakah gejala kaki bengkak muncul hanya pada satu kaki atau pada kedua kakinya.
Pengentalan darah baik yang disebabkan oleh penyakit Autoimun maupun penyakit degeneratif, dapat ditandai dengan peningkatan kadar D-Dimer. D-dimer merupakan produk hasil degradasi fibrin, yaitu fragmen protein kecil yang muncul setelah gumpalan darah berhasil didegradasi akibat pemecahan benang-benang fibrin (fibrinolisis).
Peningkatan kadar D-Dimer dalam darah sangat berisiko untuk terjadi komplikasi berat seperti stroke, kebutaan, serangan jantung, emboli paru hingga kematian mendadak. Sehingga tentunya agen fibrinolisis sangat dibutuhkan untuk mempercepat proses pemecahan gumpalan darah (thrombus), serta penurunan kadar D-Dimer,
Salahsatu fungsi dari program Cardiacsave adalah untuk mengaktivasi perubahan plasminogen menjadi plasmin sehingga dapat mempercepat pemecahan benang-benang fibrin, efeknya dapat menurunkan kadar D dimer, menurunkan risiko komplikasi dan meningkatkan kualitas hidup pasien
Gejala sesak napas dan batuk menandakan adanya akumulasi cairan pada paru-paru yang dinamakan dengan efusi pleura. Ketika jantung mengalami kegagalan dalam memompa darah, maka akan terjadi penumpukan cairan di paru-paru, kaki, hingga rongga perut.
Penyakit yang dapat menyebabkan sesak napas akibat efusi pleura adalah :
Efusi pleura dapat terlihat dari hasil rontgen dan usg abdomen
© 2024 All right reserved. Designed by Alkindi Herbal